John L. Esposito mengaku jengah dibombardir dengan pertanyaan tentang Islam dan Muslim. Sebagai intelektual terkemuka dalam bidang studi religi, ia sulit memahami sebab ketidakpahaman orang-orang di Barat terhadap Islam yang merupakan agama berpenganut kedua terbesar di Eropa dan ketiga di Amerika.
Kenyataan ini, baginya, semakin diperparah oleh reduksi lensa media yang kerap menampilkan potret Islam dari sudut terorisme, ekstrimisme beragama, dan penindasan terhadap perempuan.
Berangkat dari kejengahan tadi, guru besar di Georgetown University itu sekali lagi berupaya untuk memperkenalkan Islam kepada pembaca di Barat. Kali ini lewat buku berjudul What Everyone Needs to Know about Islam.

Di dalam buku di atas, Esposito menyajikan respon Islam terhadap isu-isu yang kerap menyeruak di dalam benak non-Muslim. Sebagai pelengkap, dan untuk memberikan ilustrasi tentang Islam yang sejatinya telah menjadi bagian integral dari peradaban di Eropa dan Amerika, Esposito menyodorkan fakta-fakta tentang kehidupan Muslim di Barat. Salah satunya adalah negara finalis Piala Dunia 2022, Prancis.
Negeri Napoleon Bonaparte (w. 1821) sejatinya merupakan pilihan tempat tinggal utama bagi Muslim di Eropa. Mereka pada umumnya merupakan imigran yang hijrah dari tanah kelahirannya pasca Perang Dunia II. Mayoritas mereka berasal dari negara-negara di bagian Utara Afrika.
Kini, populasi Muslim di Prancis berjumlah lebih dari 5 juta jiwa. Angka ini menempatkan Islam sebagai agama yang mewakili 10 persen dari total populasi sekaligus menjadi agama terbesar kedua di negara ini, melampaui Kristen dan Yahudi, dan berada di bawah Katolik Roma.
Baca Juga: Sejarah dan Realitas Umat Islam di Negeri Lionel Messi
Terdapat masjid agung yang berdiri di kota-kota besar, seperti Paris dan Lyons. Secara keseluruhan, Prancis memiliki lebih dari lima ratus masjid dan ruang-ruang untuk salat.
Esposito meyakini bahwa populasi Muslim akan terus bertambah, karena tingginya angka kelahiran serta aturan yang mengizinkan para imigran bergabung dengan keluarga mereka yang telah lebih dulu bermukim di Prancis.
Ketika umat Islam di berbagai penjuru dunia bersukacita atas kesuksesan Maroko mencapai babak semi final Piala Dunia 2022 dan melihat negara ini sebagai wakil agama mereka, tidak ada yang memperhatikan bahwa seorang Muslim berbadan tegap dengan tinggi nyaris 2 meter berdiri di garis pertahanan terakhir Prancis, tepat di depan gawang yang dijaga oleh Hugo Lloris.
Pelatih Timnas Prancis, Didier Deschamps, telah memberikan kepercayaan kepada pemain Muslim itu untuk menjinakkan barisan penyerang Maroko. Ibrahima Konate sukses menjalankan amanat yang diberikan kepadanya. Mimpi Maroko menjadi tim Afrika pertama yang mencapai partai final remuk di kaki seorang Muslim yang juga keturunan Afrika.
Kiranya kita bisa belajar dari semi final antara Prancis versus Maroko. Sepak bola adalah olahraga multi dimensi. Menyederhanakannya ke dalam sekat-sekat keyakinan personal adalah sebuah pilihan cupu.